Apa itu altruisme? Altruisme adalah kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri. Bagi orang lain melakukan sesuatu hanya karena keinginan untuk membantu, bukan karena Anda merasa berkewajiban untuk keluar dari tugas, kesetiaan, atau alasan agama. Sedangkan altruis merasa bahwa kewajibannya atas tindakan karena kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain.
Dalam beberapa kasus, tindakan altruisme ini membuat orang membahayakan diri sendiri untuk membantu orang lain. Perilaku seperti itu sering di lakukan tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan imbalan. Contoh lain, ada juga yang di kenal sebagai altruisme timbal balik. Hal ini melibatkan pengambilan tindakan untuk membantu orang lain dengan harapan bahwa mereka akan menawarkan bantuan sebagai balasannya.
Untuk mengetahui lebih lanjut apa itu altruisme?, Yuk simak artikel berikut dengan mengenali ciri-cirinya.
Menjelaskan Perilaku Altruistik
Altruisme adalah salah satu aspek dari apa yang di kenal sebagai perilaku prososial. Perilaku prososial mengacu pada tindakan apa pun yang menguntungkan orang lain, tidak peduli apa motifnya atau bagaimana pemberi mendapat manfaat dari tindakan tersebut.
Meskipun semua tindakan altruistik bersifat prososial, tidak semua perilaku prososial sepenuhnya altruistik. Kita mungkin membantu orang lain karena berbagai alasan seperti rasa bersalah, kewajiban, tugas, atau bahkan untuk hadiah.
Ilmuwan yang meneliti perilaku ini mendapatkan beberapa sebab orang menjadi altruistik di sebabkan karena:
Evolusi
Psikolog telah lama memperdebatkan apakah beberapa orang baru saja di lahirkan dengan kecenderungan alami untuk membantu orang lain. Sebuah teori yang menunjukkan bahwa altruisme dapat di pengaruhi oleh genetika. Seleksi kerabat adalah teori evolusi yang mengusulkan bahwa orang lebih cenderung membantu mereka yang merupakan kerabat sedarah.
Hal itu akan meningkatkan kemungkinan transmisi gen ke generasi mendatang, sehingga memastikan kelanjutan gen altruis tersebut. Semakin dekat individu terkait, semakin besar kemungkinan orang untuk membantu. Perilaku prososial seperti altruisme, kooperatif, dan empati mungkin juga memiliki dasar genetik.
Menimbulkan Kesenangan Pada Otak
Altruisme mengaktifkan pusat reward terhadap sesuatu di otak. Ahli neurobiologi telah menemukan bahwa ketika seseorang berperilaku altruistik, pusat kesenangan di otak mereka menjadi lebih aktif. Terlibat dalam tindakan membantu orang lain mengaktifkan area otak yang terkait dengan sistem penghargaan. Perasaan positif yang di ciptakan oleh tindakan ini kemudian memperkuat perilaku altruistik.
Lingkungan Sekitar
Interaksi dan hubungan dengan orang lain memiliki pengaruh besar pada perilaku altruistik, dan sosialisasi mungkin berdampak signifikan pada tindakan altruistik pada anak kecil. Dalam sebuah penelitian, anak-anak yang mengamati tindakan altruisme timbal balik sederhana jauh lebih mungkin untuk menunjukkan tindakan altruistik.
Di sisi lain, tindakan ramah tetapi non-altruistik tidak menginspirasi hasil yang sama. Memodelkan tindakan altruistik dapat menjadi cara penting untuk mendorong tindakan prososial dan kebaikan pada anak. Mengamati perilaku prososial tampaknya juga mengarah pada perilaku menolong di antara orang dewasa. Meskipun sejauh mana hal ini terjadi bervariasi berdasarkan faktor-faktor seperti jenis kelamin, budaya, dan konteks individu.
Norma Sosial
Aturan, norma, dan harapan masyarakat juga dapat memengaruhi apakah orang terlibat dalam perilaku altruistik atau tidak. Norma timbal balik, misalnya, adalah ekspektasi sosial di mana kita merasa tertekan untuk membantu orang lain jika mereka telah melakukan sesuatu untuk kita.
Misalnya, jika teman Anda meminjamkan uang untuk makan siang beberapa minggu lalu, Anda mungkin akan merasa terdorong untuk membalasnya ketika dia bertanya apakah dia boleh meminjam uang pada Anda. Mereka melakukan sesuatu untuk Anda, sekarang Anda merasa berkewajiban untuk melakukan sesuatu sebagai balasannya.